Pembunuhan Massal Tidak Disengaja, Membagongkan!

pembunuhan massal

Mengambil nyawa manusia adalah tindakan yang sangat tercela, terutama jika menyebabkan kematian banyak orang. Di dunia ini, segala peristiwa bisa berakhir baik atau bahkan tragis. Beberapa orang melakukan kejahatan karena alasan tertentu, sementara yang lain mungkin bermaksud berbuat baik namun malah berujung pada tragedi yang menimbulkan kematian massal. Berdasarkan penelitian kami, berikut adalah beberapa insiden pembunuhan massal yang terjadi tanpa disengaja.

Marry Malon, Tidak Sengaja Melakukan Pembunuhan Massal Karena…

pembunuhan massal

Seorang perempuan bernama Mary Mallon (1869-1938) memainkan peran penting dalam bidang kedokteran di Amerika Serikat. Mallon adalah individu pertama di AS yang diidentifikasi sebagai pembawa sehat kuman tipus. Seorang pembawa sehat adalah seseorang yang membawa kuman dalam tubuhnya tanpa menunjukkan gejala sakit tipus. Pada tahun 1884, Mallon berimigrasi ke New York, di mana ia bekerja sebagai juru masak dari tahun 1900 hingga 1907. Selama periode ini, 53 orang terinfeksi penyakit tifus dan tiga di antaranya meninggal dunia.

Pada tahun 1900, saat bekerja sebagai juru masak di Mamaroneck, New York, kurang dari dua minggu setelah melayani rumah tersebut, beberapa penghuni langsung jatuh sakit tifus. Di Manhattan, pada tahun 1901, saat bekerja untuk sebuah keluarga, salah satu anggota keluarga itu mengalami demam dan diare. Kemudian, saat bekerja untuk seorang pengacara, tujuh dari delapan anggota keluarganya mengalami tifus. Pada tahun 1906, Mallon bekerja di Long Island, di mana dalam dua minggu, enam dari sebelas anggota keluarga yang dilayaninya harus dirawat di rumah sakit karena tifus. Dia terus pindah pekerjaan dan menularkan tifus ke lebih dari tiga keluarga lainnya.

Konsep pembawa sehat, yaitu seseorang yang sehat namun membawa bakteri penyebab tifus tanpa menunjukkan gejala, belum begitu dikenal saat itu. Mallon menolak mengakui bahwa dia adalah penular penyakit tifus, bahkan ketika kasusnya menjadi terkenal. Situasinya semakin rumit karena dihubungkan dengan prasangka terhadap imigran miskin seperti dirinya sebagai sumber penyakit. Namun, akhirnya, pejabat kesehatan memaksa Mallon untuk dikarantina, dan dia meninggal di sana. Diperkirakan bahwa Mary Mallon terinfeksi tifus sejak lahir karena ibunya menderita demam tifoid saat mengandungnya.

Gaetan Dugas si Patient Zero AIDS

Seseorang bernama Gaetan Dugas, seorang pramugara dari campuran Prancis dan Kanada yang lahir pada 20 April 1953, meninggal pada 30 Maret 1984 karena infeksi AIDS yang menyerang ginjalnya. Namun, dalam pandangan sekarang, Dugas dianggap sebagai individu yang sangat aktif secara seksual dan diduga menjadi penyebar HIV sebelum penyakit ini teridentifikasi secara luas. Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Medicine pada tahun 1984 menyatakan bahwa penyebaran HIV pertama kali terjadi di New York dan diperkirakan virus ini dibawa oleh Dugas dari Afrika sebelum menyebar ke komunitas gay.

Dugas bahkan dianggap memiliki perilaku sosiopatik karena disinyalir dengan sengaja menularkan virus kepada orang-orang di sekitarnya. Setiap tahun, Dugas memiliki ratusan pasangan seksual, dan hingga tahun 1972, ia telah memiliki lebih dari 2.500 pasangan. Istilah “patient zero” mulai digunakan setelah laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dirilis, menyimpulkan bahwa Dugas merupakan pusat jaringan pasangan seksual dan dijuluki sebagai “patient zero”.

Sigmund Freud Menyebabkan Kematian Banyak Orang Karena Pendapatnya

Sebelum menjadi dikenal sebagai bapak psikoanalisis modern karena kejadian memalukan, Sigmund Freud awalnya adalah seorang dokter biasa dengan minat dalam fungsi otak. Saat bekerja di Klinik Psikiatri Theodor Meynert, Freud mulai tertarik pada kokain, sebuah produk yang telah tersedia secara bebas sejak tahun 1863 ketika ahli kimia Angelo Mariani menghasilkan kokain anggur. Freud menjadi pendorong utama dalam mempopulerkan kokain sebagai obat ajaib. Meskipun pada awalnya menjadi ahli terkenal di bidang obat-obatan, dia meresepkan kokain kepada pasien sebagai solusi untuk berbagai masalah, terutama dalam merangsang otak.

Pada tahun 1884, Freud menerbitkan karyanya yang sukses, “Uber Coca”. Kokain dengan cepat mendapat popularitas; para pendukungnya dapat merujuk pada laporan medis Freud yang menyatakan bahwa dosis toksik kokain sangat tinggi, dan tampaknya tidak ada dosis yang mematikan. Namun, ini ternyata keliru. Salah satu pasien Freud, Ernst von Fleischl-Marxow, akhirnya meninggal karena penyalahgunaan kokain. Meskipun kematian von Fleischl-Marxow adalah akibat dari kesalahannya sendiri, Freud pernah sangat yakin bahwa kokain adalah jawaban atas banyak masalah.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *