Indonesia dulunya merupakan negara besar yang kaya dan luar biasa. Banyak peninggalan bersejarah yang menjadi bukti kejayaan negara tersebut pada masa lampau. Salah satu peninggalan penting yang menceritakan kejayaan masa lalu adalah sejumlah karya sastra atau kitab yang bernilai tinggi. Isi dari kitab-kitab tersebut mengungkapkan betapa besar dan kuatnya Indonesia di masa lalu. Mungkinkah kejayaan itu bisa kita raih kembali di masa kini? Berikut adalah beberapa kitab kuno yang menjadi bukti kehebatan Indonesia di masa lampau.
Kitab Kuno Arjuna Wiwaha
Arjuna Wiwaha adalah salah satu karya sastra paling penting dalam sejarah literatur Jawa. Selain menjadi bukti kemajuan peradaban pada masa itu, karya ini juga menunjukkan kemampuan tinggi dalam seni sastra dan budaya. Kitab ini tidak hanya mengisahkan tentang perjuangan dan ketangguhan Arjuna, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai moral dan spiritual yang penting dalam kehidupan.
Arjuna Wiwaha ditulis dalam bentuk kakawin, yaitu puisi epik Jawa kuno yang ditulis dalam bahasa Kawi. Karya sastra ini menggambarkan berbagai aspek kehidupan, termasuk keberanian, kesetiaan, dan kebijaksanaan, yang diwakili oleh karakter Arjuna.
Empu Kanwa, penulis Arjuna Wiwaha, adalah salah satu pujangga terkenal pada zamannya. Ia hidup di masa kejayaan Kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Airlangga. Prabu Airlangga sendiri dikenal sebagai raja yang bijaksana dan mendukung perkembangan seni dan sastra.
Dalam cerita Arjuna Wiwaha, Arjuna, salah satu ksatria Pandawa, sedang menjalani tapa di Gunung Mahameru. Tapa ini adalah bagian dari upayanya untuk mendapatkan kekuatan spiritual dan perlindungan dari para dewa. Dewa kemudian menguji keteguhan Arjuna dengan mengirim tujuh bidadari yang sangat cantik untuk menggoda dan mengalihkan perhatiannya. Namun, Arjuna mampu menahan godaan tersebut, menunjukkan keteguhan hati dan kesuciannya.
Setelah berhasil melewati ujian tersebut, Arjuna dihadapkan pada tantangan lain, yaitu melawan raksasa yang mengamuk di kayangan. Dengan keberaniannya, Arjuna berhasil mengalahkan raksasa tersebut, yang memperlihatkan kemampuan dan keberaniannya sebagai seorang ksatria.
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya, para dewa memberikan izin kepada Arjuna untuk menikahi tujuh bidadari yang telah menggoda dirinya. Kisah ini tidak hanya menceritakan petualangan dan ujian yang dihadapi oleh Arjuna, tetapi juga memberikan pelajaran tentang pentingnya keteguhan hati, keberanian, dan penghargaan terhadap nilai-nilai spiritual.
Kitab La Galigo, Naskah Kuno Terpanjang
La Galigo adalah karya sastra terpanjang di dunia saat ini. Karya ini terdiri dari sekitar 6.000 halaman dan 300.000 baris teks, sehingga mendapatkan pengakuan global. La Galigo diciptakan oleh bangsa Bugis Kuno antara abad ke-13 dan ke-15 Masehi. Tulisan dalam La Galigo menggunakan aksara lontara kuno yang tidak semua orang bisa membacanya. Isinya mencakup banyak sajak tentang penciptaan manusia serta mitos-mitos luar biasa yang masih diceritakan secara turun-temurun. La Galigo diyakini ditulis sebelum epik Mahabarata di India.
Saat ini, sebagian besar naskah asli La Galigo tersimpan dengan baik di Museum Leiden, Belanda. Beberapa bagian dari manuskrip juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa untuk memudahkan penelitian dan pelestarian budaya. Di Indonesia sendiri, upaya pelestarian dan pengenalan La Galigo terus dilakukan melalui berbagai seminar, pameran, dan pertunjukan budaya. Bahkan, beberapa bagian dari La Galigo telah diadaptasi ke dalam bentuk teater dan tari untuk memperkenalkan kekayaan sastra Bugis kepada generasi muda dan masyarakat internasional. Upaya ini menunjukkan pentingnya La Galigo tidak hanya sebagai warisan sastra, tetapi juga sebagai simbol identitas dan kebanggaan budaya Bugis.
Kitab yang Menjadi Sumber Utama Kejayaan Majapahit
Kitab kuno ketiga adalah Negarakertagama, yang berarti Negara dengan tradisi (agama) yang suci. Kitab ini pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di istana Raja Lombok. Seorang peneliti bernama J.L.A Brandes berhasil menyelamatkannya sebelum dibakar bersama seluruh buku di perpustakaan kerajaan. Naskah ini adalah satu-satunya yang ditemukan dan selamat setelah ditulis pada tahun 1365. Ditulis oleh Empu Prapanca, nama samaran dari Dang Acarya Nadendra, yang merupakan mantan pejabat agama Buddha di Kerajaan Majapahit saat Prabu Hayam Wuruk berkuasa.
Kitab ini, yang berupa syair kuno Jawa atau kakawin, menceritakan kejayaan Kerajaan Majapahit, termasuk wilayah kekuasaan dan silsilah keluarga raja. Penemuan kitab ini membuktikan bahwa Indonesia pernah memiliki kerajaan hebat dengan tradisi tinggi.
Negarakertagama tidak hanya penting sebagai dokumen sejarah, tetapi juga sebagai karya sastra yang kaya dengan informasi tentang kehidupan sosial, budaya, dan politik pada masa itu. Kitab ini memberikan gambaran rinci tentang bagaimana kerajaan dikelola, hubungan diplomatik dengan kerajaan lain, serta berbagai upacara dan ritual yang dilakukan.
Penemuan Negarakertagama juga menginspirasi banyak penelitian dan kajian lebih lanjut mengenai sejarah dan budaya Indonesia. Kitab ini kini disimpan di Perpustakaan Nasional Indonesia, Jakarta, dan telah diakui sebagai bagian dari Memory of the World oleh UNESCO, menunjukkan pentingnya kitab ini dalam warisan budaya dunia. Secara keseluruhan, Negarakertagama adalah bukti tak ternilai dari kemajuan peradaban Indonesia di masa lalu dan menjadi salah satu warisan yang paling dihargai dalam sejarah Nusantara.