Taktik Militer Gaib yang Digunakan Amerika Serikat

Taktik Militer Gaib yang Digunakan Amerika Serikat

Perang tidak hanya terjadi melalui penggunaan senjata seperti senapan atau tank. Strategi yang memengaruhi psikologis lawan juga dimanfaatkan untuk meredam semangat tentara musuh sehingga mereka akhirnya menyerah tanpa perlawanan. Jika salah satu pihak memiliki kepercayaan yang kuat pada hal-hal takhayul atau gaib, pihak lawan dapat menciptakan fenomena gaib palsu untuk mengurangi semangat perlawanan mereka. Taktik militer ini pernah dilakukan Amerika Serikat dalam konflik di Asia meski mereka terkenal tidak percaya dengan hal gaib.

Amerika Pernah Memanfaatkan Hantu Rubah Jepang dalam Taktik Militernya

taktik militer

Selama Perang Dunia II, AS terlibat dalam pertempuran luar biasa sengit melawan Jepang. Meskipun ukuran Jepang jauh lebih kecil daripada AS, semangat tinggi dan keteguhan hati para tentara Jepang untuk mati daripada menyerah membuat mereka menjadi lawan yang sangat menantang bagi AS dan sekutunya. Dalam upaya memenangkan perang, AS menggunakan berbagai metode, termasuk yang terlihat tidak konvensional. Mereka mengundang seorang ahli psikologi militer bernama Ed Salinger, yang memiliki pengalaman tinggal di Jepang dan memahami budaya serta kepercayaan masyarakat Jepang dengan baik.

Menurut Ed, masyarakat Jepang masih sangat percaya pada hal-hal mistis. Berdasarkan pemahaman ini, Ed mengusulkan operasi militer rahasia yang berhubungan dengan unsur mistis, yang diberi nama Operasi Fantasia. Salah satu ide dalam operasi ini adalah membuat penampakan hantu rubah Jepang (kitsune), karena masyarakat Jepang percaya bahwa penampakan hantu rubah menandakan keberuntungan buruk akan segera datang. Ide tersebut melibatkan penggunaan rubah sungguhan yang dicat dengan cat radium agar bersinar dalam gelap, yang kemudian dilepaskan di dekat pemukiman penduduk.

Setelah berhasil membuat ketakutan di AS melalui uji coba dengan rubah-rubah bercahaya di Taman Rock Creek, Washington D.C., AS berencana untuk menggunakan metode serupa di Jepang. Namun, mereka menghadapi hambatan besar karena wilayah Jepang yang dikelilingi oleh laut dan patroli kapal perang. Kendati rencana untuk melepas rubah-rubah bercahaya di Jepang tidak terwujud, AS akhirnya berhasil memenangkan perang setelah menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Vampir Filipina, Aswang Penghisap Darah yang ‘Membantu’ Taktik Militer Amerika

Sebelum mencapai status kemerdekaan saat ini, Filipina dulunya merupakan wilayah yang dikuasai oleh Amerika Serikat. Ketika Perang Dunia Kedua berkecamuk, Filipina pun menjadi sasaran pendudukan oleh Jepang. Waktu Filipina berada di bawah pemerintahan Jepang, beberapa penduduk setempat memutuskan untuk memberontak. Mereka bergabung dalam kelompok yang dikenal sebagai Hukbalahap atau Huk.

Setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia Kedua, Filipina kembali berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat. Namun, perlawanan dari Hukbalahap tetap berlanjut, kali ini melawan pasukan AS. Seperti saat melawan Jepang, AS berusaha memanfaatkan kepercayaan masyarakat Filipina pada hal-hal gaib. Untuk ini, mereka mengajak bantuan Edward Lansdale, yang memiliki pengalaman di Filipina selama perang.

Pada tahun 1950, Lansdale mengusulkan ide untuk menggunakan cerita tentang aswang, hantu penghisap darah ala vampir, untuk menghentikan perlawanan Hukbalahap. Untuk itu, dia menyebarkan gosip tentang keberadaan aswang di Filipina. Selain itu, dia menginstruksikan pasukannya untuk menggunakan taktik spesifik saat berhadapan dengan Hukbalahap. Pasukan AS atau Filipina akan menyergap prajurit Hukbalahap pada malam hari, menyerupai serangan aswang dengan membuat bekas luka di leher korban. Diharapkan tindakan ini membuat pasukan Hukbalahap merasa takut dan meninggalkan wilayah pedalaman. Akibatnya, pasukan pemberontak menjadi lebih mudah ditangkap oleh pasukan pemerintah Filipina.

Amerika Juga Pernah Menggunakan Kuntilanak saat perang Vietnam

Vietnam, sebuah negara di Asia Tenggara, telah melalui sejarah yang penuh dengan konflik. Salah satu peristiwa terbesarnya adalah Perang Vietnam yang legendaris. Setelah perang berakhir, Vietnam yang sebelumnya terbagi menjadi dua, bersatu menjadi negara komunis. AS turut terlibat dalam Perang Vietnam sebagai sekutu dari Vietnam Selatan. Namun, pasukan AS dan sekutunya merasa tertekan oleh taktik perang gerilya yang digunakan oleh pasukan komunis Vietnam, yang dikenal sebagai Vietkong.

Untuk mencoba memenangkan perang, AS menggunakan taktik yang tidak lazim dengan memanfaatkan kepercayaan spiritual penduduk Vietnam. Menurut kepercayaan tradisional mereka, jika mayat seseorang tidak dimakamkan dengan layak, arwahnya akan terus bergentayangan dan menimbulkan duka.

Maka dari itu, militer AS mempekerjakan penduduk Vietnam untuk membuat suara yang menyerupai tangisan dan kesakitan orang yang berkabung. Suara itu direkam dan diputar di area-area yang sering dilalui oleh pasukan Vietkong. Harapannya, pasukan Vietkong akan terpengaruh dan mundur, takut akan nasib arwah mereka jika meninggal di Vietnam Selatan tanpa dimakamkan dengan layak.

Taktik ini dianggap sebagai langkah kreatif dalam strategi militer. Namun, pada akhirnya, Vietnam Utara berhasil memenangkan perang. Penolakan yang semakin meningkat terhadap Perang Vietnam mendorong AS untuk menarik mundur pasukannya sebelum berhasil mengalahkan Vietnam Utara.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *