Misteri Pyrokinetic: Manusia Mengeluarkan Api

Misteri Pyrokinetic: Manusia Mengeluarkan Api

Pyrokinetic adalah istilah yang populer digunakan untuk menggambarkan kemampuan seseorang untuk memanipulasi atau mengendalikan api menggunakan pikiran atau kemampuan psikis yang luar biasa. Dalam beberapa konteks dan cerita fiksi seperti dalam cerita Avatar Aang, orang yang memiliki kemampuan pyrokinetic disebut bisa menciptakan, mengendalikan, atau memanipulasi api tanpa menggunakan alat atau bahan bakar konvensional.

Ini bisa dicontohkan dengan mempercepat partikel untuk meningkatkan suhu ekstrem dan memancarkan bunga api. Banyak individu yang memiliki bakat ini dapat mengatur suhu tubuh mereka sendiri untuk mempertahankan kehangatan, bahkan dalam kondisi yang sangat dingin. Dalam beberapa tradisi pyrokinetic, orang dapat memanipulasi api, meskipun secara teknis hanya dapat memanipulasi dan membakar bahan mudah terbakar untuk membuat api. Kemampuan untuk menghasilkan api dari udara tanpa bahan bakar disebut pyrogenesis.

Pyrokinesis merupakan salah satu cabang dari telekinesis, di mana seorang praktisi menggunakan pikirannya untuk memengaruhi lingkungan fisik di sekitarnya. Secara tradisional, seorang pyrokinetic dapat menghasilkan dan mengontrol api dengan memanipulasi bahan bakar, oksigen, dan panas. Contohnya, mereka dapat menyalakan kertas tanpa membakar tirai yang berdekatan atau mempercepat penyebaran api dengan cara yang tidak biasa.

Meskipun belum ada bukti empiris yang memvalidasi kemampuan seperti yang digambarkan dalam tradisi populer pyrokinesis, beberapa seniman bela diri telah menunjukkan kemampuan untuk memanfaatkan panas dengan memanipulasi energi ‘chi’. Beberapa menganggap bahwa ini bukanlah pyrokinesis dalam arti tradisional, melainkan lebih ke arah biofeedback dan kontrol atas kemampuan alami tubuh untuk menghasilkan panas.

Perlu dicatat bahwa pengalaman pyrokinetic berbeda dengan kasus penghangusan tubuh secara spontan (SHC), yang seringkali berakhir fatal karena panas yang memadai dapat mengubah tubuh menjadi abu dalam waktu singkat. Berbeda dengan proses kremasi yang memerlukan suhu sangat tinggi dan waktu yang cukup lama, fenomena SHC meninggalkan bekas yang unik yang tidak dapat dijelaskan dengan proses pembakaran biasa.

Spontaneous Human Combustion (SHC) adalah fenomena yang tidak terkait langsung dengan pyrokinesis. Namun, kesimpulan logis yang dapat ditarik adalah bahwa jika seseorang tiba-tiba terbakar tanpa alasan yang jelas, hal itu mungkin dapat dikaitkan dengan kemungkinan pengaruh pyrokinetik. Teori lain mengenai SHC melibatkan praktisi pyrokinesis yang mungkin kehilangan kendali atas kemampuan mereka, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya SHC pada diri mereka sendiri.

Seorang anak bernama Willy Brough (12 tahun) dari Turlock, California, diketahui memiliki kemampuan yang luar biasa — ia diyakini mampu menyalakan api hanya dengan tatapan matanya. Karena fenomena ini, Willy mengalami pengusiran dari keluarganya karena dituduh kerasukan roh jahat, sehingga ia diambil oleh seorang petani setempat yang bersedia merawatnya dan mengirimnya kembali ke sekolah.

Namun, nasib baik tampaknya tidak berpihak pada Willy di sekolah barunya, di mana ia hanya bertahan satu hari. Kejadian tragis melanda ketika lima ruang kelas di sekolah tersebut terbakar dalam satu hari, dengan api yang diduga berasal dari tatapan matanya.

Sebagai contoh lain, Benedetto Supino dari Formia, dekat Roma, juga menarik perhatian masyarakat karena kejadian yang serupa. Pada tahun 1982, saat membaca buku komik di ruang tunggu dokter gigi, buku yang dibacanya tiba-tiba terbakar. Sejak saat itu, ia dan keluarganya mengalami beberapa kejadian kebakaran yang misterius. Barang-barang seperti meja, kursi, dan benda-benda lainnya sering terbakar saat Benedetto berada di dekatnya, termasuk seprai tempat tidurnya dan benda-benda yang ia pegang, terutama buku. Bahkan benda-benda plastik yang ia pandang serius pun tidak luput dari kejadian yang sama, seperti yang dialami pamannya.

Kemampuan yang dimiliki Benedetto membuatnya merasa sangat malu dan tertekan. Para ilmuwan, meskipun telah mencoba membantunya, seperti Profesor Mario Scuncio dari Pusat Kesehatan Sosial Tivoli yang memberikan diagnosis yang agak aneh tentang keadaannya yang dianggap normal, dan Dr. Giovanni Ballesio dari Rome University yang tidak berhasil menemukan penjelasan atas fenomena kebakaran yang sering terjadi.

Benedetto hanya berharap pada parapsikolog Demetrio Croce untuk belajar mengendalikan kemampuannya.

Jennie Bramwell, yang yatim piatu, juga mengalami nasib yang tragis. Setelah diadopsi oleh keluarga Dawson di Thorah Island, Ontario, serangkaian kebakaran kecil terjadi dalam beberapa minggu. Api tiba-tiba muncul di sekitarnya, menghanguskan langit-langit, dinding, perabotan, dan bahkan kucing peliharaan keluarga. Akibatnya, Jennie akhirnya dikembalikan ke rumah yatim piatu.

Di Tibet, para biksu mengembangkan kemampuan serupa melalui proses inisiasi yang melibatkan menghabiskan malam di pegunungan yang dingin dengan membungkus diri dalam kain basah. Jika mereka melewati ujian ini, kain dan kertas basah tersebut akan mengering di pagi hari, menunjukkan penguasaan atas kemampuan mereka.

Tehnik yang mereka gunakan disebut sebagai pengembangan sushumna. Sushumna merujuk pada jalur di dalam tubuh yang menghubungkan perjalanan energi kundalini dari pangkal punggung hingga ke atas. Proses pengembangan sushumna ini dimaksudkan untuk meningkatkan suhu tubuh dan menciptakan panas. Keterampilan ini juga bisa dimanfaatkan dalam konteks pyrokinesis, yaitu kemampuan untuk mengatur benda-benda hingga dapat terbakar hanya dengan kekuatan pikiran.

 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *