Pedang telah ada sejak Zaman Perunggu, awalnya terbuat dari tembaga dan ditemukan di situs Harappa di Pakistan. Kemudian, selama Zaman Abad Pertengahan, mereka mulai dibuat dari besi dan baja, dan menjadi bagian integral dari pertempuran massal. Tentara dilatih secara intensif dalam seni pedang dan siap untuk konflik. Saat itu, senjata dan artileri bertenaga tinggi belum ada, sehingga pertempuran sering kali melibatkan pertarungan langsung. Setiap jenderal, raja, atau kaisar memiliki pedang pribadi, sering kali dibuat oleh ahli pembuat pedang terkemuka pada saat itu. Artikel ini akan menyoroti sepuluh pedang terkenal yang masih ada hingga saat ini, tetapi tidak termasuk pedang mitologis atau legendaris.
Pedang Milik Mendiang Jenderal Perang Jepang saat Perang Dunia II
Tomoyuki Yamashita, seorang jenderal dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II, meraih ketenaran setelah berhasil menaklukkan wilayah koloni Inggris di Malaya dan Singapura, dan akhirnya diberi julukan “Harimau Malaya”. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Yamashita diadili atas tuduhan kejahatan perang terkait Pembantaian Manila dan tindakan kekejaman lainnya di Filipina dan Singapura. Sidang tersebut sangat kontroversial dan berujung pada hukuman mati bagi Yamashita, menghasilkan pembentukan sebuah hukum yang dikenal sebagai Standar Yamashita, yang memengaruhi tanggung jawab komando atas kejahatan perang dalam hukum Amerika Serikat.
Selama kariernya dalam militer, Yamashita menyimpan sebuah pedang pribadi yang berisi pisau, diproduksi oleh pembuat pedang terkenal Fujiwara Kanenaga antara tahun 1640 dan 1680. Senjata tersebut mengalami perubahan pada pegangannya pada awal abad ke-20. Pedang Samurai ini diserahkan oleh Yamashita beserta pasukannya pada tanggal 2 September 1945, diambil oleh Jenderal MacArthur, dan kemudian diberikan kepada West Point Military Museum, di mana masih tersimpan hingga sekarang sebagai bagian dari kumpulan senjata militer yang besar.
Pedang dengan Bentuk Aneh ini Ternyata Bernilai Penting
Dinasti Baekje, sebuah kerajaan kuno di wilayah barat daya Korea, mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-4, menguasai wilayah koloni di Cina serta sebagian besar Semenanjung barat Korea. Sebagai salah satu dari Tiga Kerajaan Korea bersama Goguryeo dan Silla, Baekje memiliki pengaruh yang signifikan. Raja Geunchogo dari Baekje bahkan membayar upeti kepada Jin Timur pada tahun 372, yang kemungkinan melahirkan Pedang 7-Branched sebagai penghargaan.
Pedang ini memiliki panjang sekitar 74,9 cm, dengan enam tonjolan cabang yang menyerupai pisau di sepanjang tengahnya, yang masing-masing sekitar 65,5 cm. Meskipun dirancang untuk keperluan upacara dan bukan untuk pertempuran, Pedang 7-Branched menjadi penanda penting dalam sejarah. Pada tahun 1870, seorang pendeta Shinto bernama Masatomo Kan menemukan dua tulisan pada pedang tersebut, salah satunya menyebutkan bahwa pedang itu ditempa dari baja yang dikeraskan sebanyak 100 kali dan digunakan untuk menaklukkan 100 tentara musuh, sebagai hadiah untuk sang raja.
Meskipun Pedang 7-Branched mengandung banyak makna, salah satunya yang paling kontroversial adalah frasa “enfeoffed Lord,” yang mungkin mengindikasikan keterkaitan antara Raja Wa dan penguasa Baekje. Pedang ini merupakan bukti penting akan hubungan yang ada antara negara-negara Asia Timur pada masa itu. Saat ini, pedang asli disimpan di Kuil Isonokami di Prefektur Nara, Jepang, namun tidak dipajang untuk umum.
Pedang Terkenal Satu Ini Memiliki Tempat Penting di Hati Kaum Muslim
Zulfikar, sebuah pedang kuno yang dimiliki oleh Syaidina Ali, sahabat dan menantu Nabi Muhammad SAW, menjadi ikon Islam yang sangat dihormati. Diceritakan bahwa pedang ini diberikan kepada Ali oleh Nabi Muhammad SAW selama Pertempuran Uhud, menjadi simbol keberanian dan kekuatan. Zulfikar, dengan pisau melengkungnya, dipercayai digunakan dalam peristiwa penting seperti Perang Parit di Madinah, di mana Ali dan para pembela Islam membangun pertahanan terhadap serangan musuh yang jauh lebih besar.
Namun, deskripsi mengenai bentuk Zulfikar menjadi bahan perdebatan. Beberapa menggambarkan pedang itu memiliki dua bilah paralel, menyoroti kemampuan mistisnya, sementara yang lain menggambarkan bentuk tradisional dengan pisau yang lebih sederhana. Ada juga yang menggambarkan Zulfikar dengan pisau berbelah V. Pedang tersebut sekarang disimpan oleh Imam Muhammad al-Mahdi, menjadi bagian dari koleksi terkenal yang disebut al-Jafr, sebuah buku suci dalam kepercayaan Syiah.
Al-Jafr, warisan dari masa Nabi Muhammad SAW dan Syaidina Ali, merupakan kumpulan artefak yang berharga, diwariskan dari satu Imam ke Imam berikutnya. Isinya yang mengesankan mencakup aturan Islam, arahan, dan perangkat-perangkat penting, termasuk Zulfikar. Meskipun tidak dapat diakses oleh publik, keberadaannya menjadi bagian dari warisan spiritual yang tak ternilai dari Islam.