Pada era antara abad ke-16 hingga abad ke-19, banyak kerajaan di luar Eropa yang runtuh satu demi satu karena ditaklukkan dan dijajah oleh bangsa Eropa. Namun tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk melawan daripada harus tunduk pada bangsa asing. Berikut ini adalah beberapa contoh wanita perkasa dari Asia yang berani menentang upaya penjajahan oleh bangsa Eropa.
Laksmi Bai, Srikandi Nyata Dari India
Lakhsmi Bai, tokoh yang kelak akan memimpin perlawanan terhadap dominasi Inggris, dilahirkan pada tahun 1830-an dari keluarga bangsawan di India utara. Karena kedudukan keluarganya yang terhormat dalam masyarakat, ia memiliki hubungan dengan orang-orang berpengaruh di daerahnya.
Dibesarkan oleh ayahnya, Lakhsmi diajari berbagai keterampilan yang umumnya hanya dipelajari oleh kaum pria pada zaman itu, seperti seni bela diri, pertempuran dengan pedang, dan berkuda. Pengetahuan yang diperolehnya ini kemudian menjadi kunci penting saat ia memasuki dunia perlawanan. Ketika dewasa, Lakhsmi menikah dengan seorang maharaja atau pemimpin Jhansi, tetapi sebelum pasangan itu memiliki keturunan, sang suami meninggal. Hal ini meninggalkan Jhansi tanpa pemimpin.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh Serikat Perusahaan India Timur (EIC), sebuah perusahaan dagang Inggris, untuk menguasai Jhansi. Namun, Lakhsmi menolak untuk tunduk kepada mereka. Pada tahun 1857, ia memimpin pemberontakan lokal terhadap penguasa Inggris di wilayahnya.
EIC menanggapi dengan merekrut tentara bayaran untuk menekan perlawanan Lakhsmi, tetapi ia membuktikan dirinya sebagai lawan yang tangguh. Pada tahun 1858, pasukannya menyerbu benteng EIC di Gwalior, yang penting karena berisi persenjataan. Meskipun pasukannya berhasil merebut benteng, kemenangan itu datang dengan harga yang mahal. Lakhsmi gugur dalam pertempuran tersebut, mengenakan pakaian pria sebagai tanda keberaniannya.
Cixi, Wanita Perkasa sang Pemimpin Negeri Tirai Bambu
Cixi, wanita perkasa yang memerintah sebagai kaisar Dinasti Qing China dari 1861 hingga 1908, awalnya dikenal karena perannya dalam harem Kaisar Xianfeng sejak usia 16 tahun. Dia memiliki anak laki-laki dengan Xianfeng, yang membuatnya dianggap sebagai ibu dari pewaris tahta. Setelah Xianfeng meninggal pada tahun 1861, Cixi menjadi kaisar secara de facto karena putranya masih terlalu muda untuk memerintah.
Cixi segera menunjukkan kepemimpinannya dengan menggandeng Inggris untuk memodernisasi Qing demi mengejar ketertinggalan dari negara-negara Barat. Dia juga memerintahkan pembuatan angkatan laut dan jaringan listrik. Meskipun putranya meninggal pada tahun 1875, Cixi kembali berkuasa secara tidak resmi dan terlibat dalam konflik melawan Perancis di Vietnam. Meskipun pasukan Qing mengalami kekalahan dalam Pemberontakan Boxer pada tahun 1901, Cixi tetap mendorong modernisasi. Dia meninggal pada tahun 1908, meninggalkan China yang mulai membuka diri terhadap budaya Barat di bawah kepemimpinannya.
Martha Christina Tiahahu, Gadis Remaja Perkasa dari Tanah Maluku
Martha Christina Tiahahu lahir pada tanggal 4 Januari 1800 dan berasal dari Abubu di Nusalaut, Maluku Tengah. Pada usia 17 tahun, dia bergabung dalam perlawanan melawan penjajah Belanda. Ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, adalah seorang pemimpin dari Abubu yang turut serta dalam Perang Pattimura tahun 1817.
Dia adalah seorang pejuang kemerdekaan yang dikenal karena keberaniannya. Meskipun masih muda, dia aktif dalam pertempuran, selalu berada di garis depan, dan tidak pernah mundur. Dengan gaya rambut panjangnya dan ikat kepala berwarna merah, dia menjadi simbol semangat perlawanan, selalu mendukung ayahnya dan menggerakkan wanita lain untuk turut serta dalam perjuangan.
Pada pertempuran di Ouw – Ullath, dia tertangkap bersama pasukan lainnya oleh Belanda. Meskipun berusaha keras untuk menyelamatkan ayahnya, dia tidak berhasil dan terpaksa melanjutkan perlawanannya sendiri. Namun, akhirnya dia juga ditangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa. Saat sakit, dia menolak perawatan dari Belanda. Martha Christina Tiahahu meninggal di Kapal Perang Eversten dan jasadnya dilemparkan ke Laut Banda pada tanggal 2 Januari 1818. Untuk menghormati jasanya, dia diakui sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.