Mumi Mesir, Sejarah & Fakta Aneh Tentangnya

Mumi Mesir, Sejarah & Fakta Aneh Tentangnya

Ketika membicarakan Mesir Kuno, banyak yang akan segera mengaitkan dengan mumi mesir. Mumi, pada dasarnya, merupakan tubuh yang telah diawetkan untuk dapat bertahan kuat dalam jangka waktu yang lebih lama daripada biasanya. Meskipun bangsa Mesir Kuno bukanlah satu-satunya yang mengawetkan mayat dalam bentuk mumi, mumi Mesir dikenal karena penampilannya yang unik, dengan tubuh dibalut oleh perban. Namun, ada fakta aneh tentang mumi yang patut diperhatikan.

Ritual Khusus Sebelum Tubuh Manusia Dijadikan Mumi Mesir

Tiap suku bangsa mempunyai sudut pandangnya masing-masing tentang kehidupan setelah kematian, termasuk juga bangsa Mesir Kunoyang memiliki peradaban yang terkenal. Bukti bisu tentang pandangan mereka terdapat pada mumi, yang menjadi saksi tentang bagaimana masyarakat Mesir Kuno memandang kehidupan setelah kematian.

Bagi orang Mesir Kuno, jika seseorang meninggal dan jasadnya tetap terawetkan, maka rohnya dapat melanjutkan kehidupan di alam baka dengan aman. Oleh karena itu, praktik pengawetan mayat menjadi mumi menjadi umum, agar tubuh tetap utuh bertahun-tahun setelah kematian. Proses pembuatan mumi melibatkan pewarnaan tubuh. Mayat pria dicat dengan warna merah, sementara mayat wanita dicat dengan warna kuning. Untuk memberi kesan hidup, mata palsu dipasang di atas mata almarhum, dan wig dikenakan di kepalanya.

Perawatan terhadap calon mumi tidak berakhir di situ. Kuku dan kulit almarhum diberi kosmetik agar terlihat menarik di alam baka. Contohnya, Firaun Ramses ditemukan dengan kuku yang dicat warna jingga. Selanjutnya, mayat dilapisi bahan pengawet dan dibalut dengan kain panjang untuk mencegah kerusakan. Sebelum dimasukkan ke peti, tangan mumi ditempatkan dalam posisi tertentu yang mencerminkan status sosialnya. Mumi dari kalangan raja, misalnya, dimakamkan dengan tangan yang saling bersilangan di atas dada.

Perlu Biaya Mahal Untuk Menjadikan Seseorang Sebagai Mumi Mesir

Membuat mumi merupakan suatu upaya yang sangat mahal dan memakan waktu yang cukup lama. Karena itu, orang-orang yang memilih untuk menjadikan mayat mereka menjadi mumi umumnya berasal dari kalangan atas, terutama keluarga kerajaan. Seorang penjelajah asal Yunani yang pernah mengunjungi Mesir pada abad pertama Sebelum Masehi menyatakan bahwa proses pembuatan mumi bisa memakan biaya hingga 30 kilogram perak. Biaya tersebut belum termasuk pengeluaran untuk membangun tempat pemakaman bagi mumi dan barang-barang berharga yang sengaja ditinggalkan di dalam kamar makam.

Karena hanya orang-orang kaya yang mampu membiayai proses mumifikasi, orang Mesir Kuno dari kalangan menengah ke bawah lebih memilih cara yang lebih hemat untuk mengubur anggota keluarganya. Bagi mereka yang memiliki kekayaan yang terbatas, mayat hanya dikeringkan dan dimasukkan ke dalam peti mati sebelum dikuburkan. Kondisi iklim Mesir yang kering membantu menjaga keawetan mayat walaupun tanpa proses mumifikasi yang biasa ditempuh oleh orang-orang kaya.

Sementara itu, keluarga Mesir Kuno dari kalangan ekonomi lemah hanya akan mengenakan pakaian pada mayat dan menguburkannya selama beberapa hari. Iklim gurun yang kering dan suhu yang tinggi menyebabkan mayat mengalami pengeringan alami. Setelah itu, mayat akan dipindahkan ke dalam makam.

Awalnya, Mumi Dibuat Dengan Cara Sederhana

mumi mesir

Para ilmuwan meyakini bahwa pada awalnya, orang Mesir Kuno tidak familiar dengan praktik mumifikasi yang rumit. Mereka menggunakan metode sederhana dengan menguburkan mayat di pasir gurun tanpa perlakuan khusus. Namun, karena suhu tinggi di gurun, mayat bisa tetap awet bertahun-tahun lamanya. Generasi selanjutnya dari masyarakat Mesir Kuno menemukan bahwa dengan teknik yang tepat, mereka bisa membuat mayat tetap awet dalam jangka waktu yang panjang.

Bagi orang Mesir Kuno, keabadian roh mayat yang tetap awet merupakan konsep penting dalam kehidupan sesudah kematian. Keyakinan ini mendorong mereka untuk mengembangkan teknik mumifikasi secara bertahap. Pengembangan teknik ini berlangsung selama berabad-abad. Orang Mesir Kuno mulai menggunakan kain linen untuk membungkus mayat sejak sekitar abad ke-34 SM, tetapi praktik mengeluarkan organ tubuh baru mulai diterapkan pada abad ke-26 SM.

 

 

 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *