COVID19 Kalah Jauh Dari Virus Mematikan Ini!

COVID19 Kalah Jauh Dari Virus Mematikan Ini!

Apa yang disebut sebagai virus adalah pertanyaan yang sederhana namun memiliki kompleksitas yang besar untuk dijelaskan. Pada dasarnya, virus adalah organisme mikroskopis yang memiliki materi genetik berupa DNA yang dibungkus oleh lapisan protein, lipid, dan glikoprotein. Selain menjadi sorotan karena wabah COVID19, wabah dan infeksi virus telah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan terus berevolusi seiring waktu mengikuti zaman.

Meskipun kemajuan dalam ilmu kedokteran telah mengarah pada penemuan penangkal beberapa virus, masih ada virus-virus tertentu yang tetap eksis meskipun telah ada sejak puluhan juta tahun yang lalu dan menjadi ancaman yang menakutkan bagi kesehatan manusia. Berikut adalah virus paling berbahaya di dunia mirip COVID19 yang menyebabkan kematian manusia dengan penderitaan yang sangat mengerikan.

Mengulang Sejarah Spanish Flu H1N1 Satu Abad Lalu

Seabad yang lalu, dunia diguncang oleh Flu Spanyol yang mengerikan. Tak satupun negara yang terhindar dari dampaknya yang menghancurkan. Pandemi influenza ini menyebabkan kematian jutaan orang, dengan tingkat kematian antara dua hingga 20 persen bagi yang terinfeksi, jauh lebih tinggi dibanding influenza biasa yang hanya mematikan sekitar 0,1 persen penderitanya. Serangan dahsyat ini menyebabkan seorang virologis Amerika Serikat, Jeffery Taubenberger, menyebutnya sebagai “The Mother of All Pandemics.”

Asal-usul virus ini masih diperdebatkan. Menurut beberapa sumber, pandemi ini dimulai di Camp Funston dan Haskell County, Kansas, AS, seperti yang dikatakan oleh Frank Macfarlane Burnet, seorang virologis Australia. Namun, menurut laporan North China Daily News yang dikutip oleh harian Pewarta Soerabaia, pandemi juga bisa dimulai di Swedia atau Rusia sebelum menyebar ke Tiongkok, Jepang, dan Asia Tenggara.

Beberapa ahli epidemiologi Amerika menyimpulkan bahwa virus flu dibawa oleh buruh Tiongkok dan Vietnam yang dipekerjakan oleh militer Inggris dan Perancis selama Perang Dunia I, karena mereka terbiasa hidup dekat dengan burung dan babi. Namun, argumen ini dibantah oleh Dr. Edwin Jordan, editor dari Journal of Infectious Disease, yang menyatakan bahwa wabah flu di Tiongkok tidak menyebar dan berbahaya. Dia juga menolak teori yang mengatakan India atau Perancis sebagai asal virus karena flu di kedua negara tersebut hanya bersifat endemik.

Tidak ada satu pun teori yang menunjukkan bahwa Spanyol adalah tempat asal virus yang menyebabkan pandemi ini. Nama “Flu Spanyol” sendiri berasal dari liputan media Spanyol yang luas pada saat itu karena netralitas negara itu dalam Perang Dunia I. Meskipun orang Spanyol menyebutnya “Flu Perancis”, namun liputan tersebut dengan cepat menyebar ke luar Spanyol, membuat pandemi ini terkenal dengan sebutan “Flu Spanyol”. Penularan virus ini begitu cepat karena ditularkan melalui udara. Karena penyebarannya yang cepat dan luas, jumlah korban jiwa sangat tinggi. Diperkirakan sekitar satu miliar orang, atau sekitar 60 persen dari populasi dunia saat itu, terinfeksi virus tersebut.

Jumlah kematian akibat pandemi ini diperkirakan antara 21 juta jiwa menurut John Barry, hingga 50-100 juta jiwa menurut Nial Johnson dan Juergen Mueller. Korban terbesar adalah balita, orang dewasa berusia 20-40 tahun, dan orang tua berusia 70-74 tahun. Dalam kurun waktu Maret 1918 hingga September 1919, Flu Spanyol merenggut sekitar dua persen dari populasi dunia saat itu, yang mencapai sekitar 1,7 miliar orang. Angka ini jauh melebihi jumlah korban jiwa Perang Dunia I. Para ahli epidemiologi menyimpulkan bahwa Flu Spanyol merupakan penyakit menular paling mematikan dalam sejarah manusia, bahkan lebih berbahaya daripada cacar, pes, dan kolera.

Persamaan COVID19 & Flu Spanyol

covid19

Meskipun ada perbedaan signifikan antara Flu Spanyol pada awal abad ke-20 dan pandemi COVID19 yang sedang berlangsung, ada beberapa paralel yang dapat ditarik antara keduanya.

  1. Pertama, kedua pandemi ini menunjukkan bahwa virus-virus baru memiliki potensi untuk menimbulkan dampak yang sangat besar pada masyarakat global. Baik Flu Spanyol maupun COVID19 menunjukkan kemampuan untuk menyebar dengan cepat di seluruh dunia, menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat yang serius.
  2. Kedua, tanggapan terhadap kedua pandemi ini menggarisbawahi pentingnya tindakan pencegahan dan pengendalian yang cepat dan efektif. Meskipun pandemi Flu Spanyol terjadi pada era sebelum vaksinasi modern dan teknologi medis yang canggih, langkah-langkah seperti isolasi pasien, peningkatan higienitas, dan pembatasan perjalanan telah terbukti menjadi efektif dalam memperlambat penyebaran virus. Sama halnya, dalam pandemi COVID19, langkah-langkah seperti pembatasan sosial, penggunaan masker, vaksinasi massal, dan peningkatan tes dan pelacakan kontak telah menjadi pilar-pilar utama dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran virus.
  3. Ketiga, kedua pandemi ini juga menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam menangani krisis kesehatan global. Baik dalam hal pertukaran informasi ilmiah, distribusi vaksin, atau dukungan kesehatan global, kerja sama antarnegara menjadi kunci dalam menanggapi pandemi dengan efektif.

Dengan menggabungkan pembelajaran dari pandemi Flu Spanyol dengan tantangan yang dihadapi dalam pandemi COVID19, kita dapat memperkuat kesiapan global untuk menghadapi ancaman kesehatan masa depan. Dengan demikian, mengingat sejarah Flu Spanyol dapat membantu kita dalam mengambil langkah-langkah yang lebih baik dalam menanggapi pandemi-pandemi yang akan datang.

 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *