Iblis yang Mewakili Tujuh Dosa Besar Manusia

Iblis yang Mewakili Tujuh Dosa Besar Manusia

Tujuh dosa besar, yang juga dikenal sebagai kejahatan utama dalam ajaran Kristen, terutama Katolik, mengelompokkan dosa-dosa seperti kesombongan, keserakahan, murka, iri hati, nafsu, kerakusan, dan kemalasan yang bertentangan dengan tujuh kebajikan surgawi. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Tertullian dan diwariskan oleh Evagrius Ponticus. Dalam konteks gereja Katolik, dosa-dosa ini sering dibahas dalam risalah dan diwakili melalui seni religius seperti lukisan dan patung. Representasi dosa-dosa ini seringkali menampilkan gambaran iblis yang menggoda manusia. Tujuh dosa besar berperan penting dalam mengarahkan umat manusia untuk memperkuat kesadaran moral dan menghindari godaan untuk melanggar prinsip-prinsip moral yang dianut. Berikut adalah 7 iblis yang mewakili 7 dosa besar manusia.

Lucifer, Iblis yang Mewakili Dosa Kebanggan (Pride) Diusir Tuhan dari Surga Karena Menolak Bersujud kepada Adam

iblis

Dalam bahasa Latin, istilah “Lucifer” merujuk pada “Pembawa Cahaya”, yang berasal dari kata “lux, lucis” yang berarti “cahaya”, dan “ferre” yang berarti “membawa”. Nama ini digunakan untuk merujuk pada “Bintang Fajar”, yang merupakan planet Venus ketika terlihat pada dini hari. Menurut cerita-cerita kuno, Lucifer dahulu adalah seorang malaikat yang akhirnya diusir ke bumi karena memberontak terhadap Tuhan, yang saat itu sedang menciptakan Adam.

Mammon, Sesembahan Bagi Mereka yang Tidak Pernah Puas, Mewakili Dosa Keserakahan (Greed)

iblis

Mammon, sosok yang melambangkan keserakahan, kekayaan, dan ketidakadilan, dalam gambar di atas ia digambarkan sedang merangkul harta dengan erat di pangkuannya, mencerminkan sifat pelit. Di samping itu, tindakannya menginjak kepala seseorang dapat diartikan sebagai perlambangan penindasan terhadap para penyembahnya atau pun sebagai tindakan yang kejam demi mencapai kekayaan.

Asmodeus, Iblis yang Mewakili Dosa Nafsu (Lust)

iblis

Asmodeus, sebagai representasi setan nafsu, disebut sebagai penentang yang menggoda hasrat seksual manusia. Legenda menyatakan bahwa mereka yang terjerumus dalam pengaruhnya akan menderita hukuman abadi di neraka. Ia memimpin pasukan setan yang jumlahnya tujuh puluh dua, dan dianggap sebagai salah satu pemimpin neraka di bawah Lucifer. Citranya adalah tiga kepala: satu mirip banteng, yang lain seperti raja dengan mahkota, dan yang terakhir seperti domba jantan. Ekor ularnya dan nafas api menambah kesan menakutkan. Ia dianggap duduk di atas naga di neraka sambil memegang tombak.

Leviathan Mewakili Dosa Iri Dengki (Envy)

Leviathan, salah satu dari tujuh pangeran neraka, dianggap memiliki pintu neraka di mulutnya yang disebut Hellmouth. Leviathan sering diasosiasikan dengan monster laut raksasa dan diyakini mempengaruhi laki-laki untuk melakukan dosa dengan menggoda mereka.

Beezelbub Sosok Iblis Lalat yang Mewakili Dosa Rakus (Gluttony)

Beelzebub, salah satu dari tujuh penguasa neraka, diilustrasikan sebagai dewa lalat. Dia merayu orang untuk menyantap dengan rakus dan pilih-pilih, mengubah makanan menjadi obsesi yang serakah dan berlebihan. Meskipun tampak sepele dalam urusan makan, dosa ini sebenarnya merupakan dosa besar dan berpotensi merusak manusia yang dijangkitinya.

Satan, Iblis Terkenal yang Mewakili Kemarahan (Wrath)

 

 

Satan adalah inkarnasi dari konflik yang timbul dari keyakinan dalam agama-agama Abrahamik. Sikapnya memicu kemarahan yang pada akhirnya mengarah pada kerusakan dan dosa. Dampak dari dosa ini termasuk pembunuhan, kadang-kadang bahkan pembunuhan untuk kepentingan agama. Namun, yang paling berat dari semua dosa adalah tindakan bunuh diri.

Paling Banyak Menjangkiti Manusia, Belphegor adalah Iblis yang Mewakili Kemalasan (Sloth)

Belphegor dijelaskan dalam dua wujud yang berbeda: sebagai seorang wanita muda yang memesona ketika berada di dunia atau sebagai iblis berjenggot menakutkan dengan tanduk dan kuku tajam. Dia sering dianggap sebagai pemimpin dalam hal kekayaan yang diperoleh dengan cara yang licik. Dia mendorong seseorang untuk mencari kekayaan dengan cara yang cepat dan, jika perlu, dengan tipu daya, seperti dalam tindakan korupsi. Setelah mencapai kekayaan, dia menganjurkan untuk berpangku tangan tanpa bekerja. Kemalasan, baginya, sering kali menjadi kebiasaan. Sebagai contoh, kebiasaan menunda pekerjaan dan mencari-cari tugas yang mudah dengan hasil yang besar.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *